A.Sejarah Singkat.
Malaumkarta berasal dari tiga suku kata yaitu: Mala yang artinya gunung atau dataran yang luas, Um yaitu suatu nama pulau yang terletak di kampung Malaumkarta ± 0,16 mil dari bibir pantai kampung Malaumkarta dan kata Karta di ambil dari nama ibukota negara Ja-karta. penduduk kampung Malaumkarta telah mendiami wilayah ini berabad-abad tahun lamanya seperti yang tercatat dalam legenda peradaban suku Moi di wilayah kepala burung Papua (Malamoi). Secara definitive kampung Malaumkarta di SK kan sebagai pemerintah kampung yang otonom (mandiri) pada tanggal, 20 Desember 1991 oleh Gubernur Papua BARNABAS SWEBU, SH (Iran Jaya pada waktu itu) Sebelum kampung Malaumkarta di mekarkan menjadi kampung yang devinitif, kampung Malaumkarta merupakan bagian dari kampung Makbon atau di sebut dengan istilah dusun saat itu.
B.Letak Geografis.
Malaumkarta terletak di distrik Makbon bagian utara Kabupaten Sorong provinsi Papua Barat, Topografi kampung Malaumkarta berfariasi terdiri dari gunung dan lembah serta lereng-lereng gunung panjang yang menjurus dari arah timur papua hingga barat semenanjung gugusan pulau-paulau di kepala burung, membentuk teluk menonjol ke laut melingkar berbentuk tanjung berhadapan langsung denga arah utara laut pasifik, searah garis khatulistiwa.
Batas Wilayah Kampung Malaumkarta terdiri dari:
Sebelah Timur berbatasan dengan kampung Asbaken
Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Kwasdas-makbon
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kampung Klayili Distrik Klayili
Sebelah Utara berbatasan dengan samudra Pasifik 3 mil dari pantai
C.Jarak Tempuh dan Transportasi
Perjalanan menuju kampung Malaumkarta dari kota Sorong berjarak ±48 km, di tempuh dalam waktu 1-2 jam perjalanan melewati lintas jalan utama kabupaten Sorong-tambrau (Sausapor) menggunakan angkot Sorong-Malaumkarta, dengan biaya transportnya Rp.20.000/orang. Perjalanan ke kampung Malaumkarta juga bisa di tempuh dengan transport laut, namun tidak ada trasport reguler (hanya bisa di sewa).
D.Penduduk dan Pola Pemukiman
Penduduk Asli yang mendiami Kampung Malaumkarta adalah Suku Moi Papua 99 % dan 1 % adalah penduduk campuran yang datang dari luar Papua non Moi dan non Papua sebagai petugas guru Sekolah Dasar dan juga petugas kesehatan. Jumlah pendudk kampung Malaumkarta pada tahun 2009-maret 2011, dengan Jumlah KK 291 terdiri dari Laki-laki 215 orang dan perempuan 267 orang jadi jumlah total penduduk kampung Malaumkarta 482 jiwa.
Pada umumnya pemukiman penduduk kampung Malaumkarta 85 % semi parmanen, beratap senk, laintai smen. Pola pemukiman masyarakat seluruhnya adalah pembangunan dari pemerintah kabupaten Sorong, dengan Jumlah rumah penduduk 221 Unit Rumah.
E.Kondisi Pendidikan Formal.
Sekilas Pendidikan.
Baru pada tahun 1947 di bukalah SD Negeri No. 18 Malaumkarta sebagai sekolah Dasar di Kampung Malaumkarta Swatolo oleh Guru. Thedorus Rumbarak (alm), serta beberapa Guru tenaga pengajar lainnya yaitu: Keliopas Mambrasar, Muhamat Jen ( Majen), Petrus Rumbewas (saribra), dan pada tahun 1971 lah di kapung Klauwgan di mulai Ujian angkatan pertama SD Negeri No. 18 Malaumkarta.
Secara fisik Kampung Malaumkarta hanya memiliki 1 Unit SD dan 3 (tiga) Unit Perumahan Guru yang di bangun sejak tahun 1994, dan pada akhir tahun (maret 2010) di tambah lagi satu unit yang terdiri dari 3 ruang belajar dan 1 ruang kantor serta 1 unit perpustakan, dengan konstruksi bangunan yang cukup permanen. Sementara untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP,SMU dan Perguruan Tinggi orang tua harus mengantar anaknya ke Ibukota Distrik Makbon ataupun ke Kota Sorong.
Jumlah tenaga Guru yang aktif mengajar sebanyak 5 orang yaitu: Amos Kalami (kepala sekolah) , Marthinus Gifelem wakil kepala Sekolah (guru umum), Philipus Majefat (guru Agama Kristen), Yermias Uspessy (guru olahraga), Agustina Kalami (guru umum), Agripa Paa (guru umum) dan di bantu oleh 2 orang guru honorer yaitu: Bastiana Kalami (guru Umum) dan Agustina Majefat (guru Agama), jadi jumlah guru di SD Negeri No 18 Malaumkarta sebanyak lima orang di tambah dua orang honorer menjadi tujuh orang.
Detail Sekolah
NPSN : 60401321
Jenjang : Sekolah Dasar
Status : Negeri Dibawah Diknas
Kecamatan : Makbon
Kampung : Malaumkarta
Alamat : Jl. Kamplaun Kampung Malaumkarta.
Nama Kepala Sekolah : Amos Kalami, A.Ma.Pd.
Perkembangan pendidikan dan angka putus sekolah
Angka putus sekolah di kampung Malaumkarta, berada pada taraf SD sedangkan untuk SLTP dan SMU hanya pengganguran (ber-ijazah), angka putus sekolah ini di akibatkan kerena kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan. Pada tahun 2000-2009 terjadi kemajuan pendidikan yang cukup tinggi yaitu pada SMU/SMK dan Perguruan Tinggi. Dimana beberapa anak di kirim untuk Kuliah di UNCEN, UNIPA, STIEOG, USTJ, UNIYAP dan Juga beberapa Kampus yang ada di Kota Sorong dengan berbagai disiplin ilmu. Jumlah total Mahasiswa dari kampung Malaumkarta berjumlah 45 orang tersebar di seluruh Indonesia dengan jenjang pendidikannya berfariasi terdiri dari D3, S1 dan pula yang mengikuti pendidikan S2.
Hingga Tahun 2011 jumlah perkembangan pendidikan di kampung Malaumkarta sesuai out put SD tahun 1947 sebagai berikut:
TK = Tidak Ada
SD = 360 orang dari tahun 1947-2011
SLPT = 90 orang dari tahun 1967-2011
SMU/SMK = 54 orang dari tahun 1968-2011
D3 = 40 orang dari tahun 1993-2011
S1 = 20 orang dari tahun 1993-2011
S2 = 4 orang dari tahun 1993-2011
S3 = Belum ada
F.Sistem Kekerabatan dan Gotong Royong
Sistem kekerabatan dalam Struktur tradisional suku moi seperti: hubungan mgelek, msang, sumla dan lain-lain menjadi suatu sistem yang kuat dalam kekerabatan suku moi sekaligus sebagai pengatur hubungan-hubungan perkawinan, saudara dalam tata marga-marga. Sistem kekerabatan di atas mengatur hubungan klen satu dengan klen yang lain.
Pola hubungan kekeluargaan mereka berdasarkan hubungan asal usul peradaban dari setiap klen terhadap klen atau marga yang lain. Pola hubungannya masi kuat hingga saat ini, walaupun ada beberapa pergeseran budaya yang terjadi namun upaya-upaya mempertahankan kekerabatan tersebut terus di dorong oleh beberapa kelompok organisasi yang ada seperti: Perkumpulan Generasi Malaumkarta (PGM), Ikatan Kampung Malaumkarta (IKM), LMA-Malamoi, Dewan Adat Suku Moi dan juga Bengkel Budaya. Hubungan-hubungan ini berlaku di seluruh wilayah Malamoi (suku Moi) yang memiliki adat istiadatnya sama seperti pengaturan sistem adat yang di pelajari dalam sekolah adat suku moi (kambik). Di Kampung Malaumkarta sistem Kekerabatan dan gotong royong adalah suatu sistem yang telah terbangun sejak lama dari hugungan-hubungan kekerabatan di atas, hal ini tampak dalam pekerjaan pembangunan yang bersifat umum bahkan pribadi selama ini di kampung Malaumkarta. Setelah Ketua RT meniup Triton sebagai tanda untuk masyarakat berkumpul, tampak setiap orang berdatangan untuk berkumpul bekerja bergotong royong merupakan simbol yang kuat bagi masyarakat kampung Malaumkarta
G.Hak Adat Atas Tanah
Secara umum pandangan setiap suku-suku di Papua terhadap hak atas tanahnya berbeda-beda, namun tujuannya hampir mirip yaitu sebagai sumber ekonomi untuk mempertahankan hidup contohnya ada yang memandang tanah adalah ibu, ada pula yang memandang tanah logistik alam yang disiapkan Tuhan dalam pencipaaan setelah 6 (enam) hari lamanya. Kampung Malaumkarta 99 % adalah suku moi yang tentunya memandang hak atas tanahnya sama dengan suku-suku lain di Papua. Suku moi memandang tanah sebagai nafas dan hidup dengan demikian apabila orang lain melakukan pelanggaran di atas tanah adat mereka dengan tidak segan mereka menindak bahkan membunuhnya, karena mereka menganggap orang lain mengancam hidupnya.
Sedangngkan hak adat atas tanah adalah hak yang di peroleh secara turun temurun (hak milik) dari perjalanan peradaban suku moi dalam catatan perjalanan peradaban suku moi (maladofok suwongkak). Malaumkata terdiri dari beberapa marga 14 marga (kerek) semuanya mempunyai tanah Adat yang berstatus hak milik.
Bentuk Kepamilikan Tanah di suku Moi di bedakan menjadi
1. Hak Pebmun (hak Milik)
2. Hak Sumla (Pertukaran tempat tinggal/hal milik)
3. Hak Wooti (Hak Perlindungan)hak makan bukan memiliki
4. Hak Sugban - Kban Sala (anak permpaun) hak makan di dusun
- Kban Tums (tanah tempat makan) hak makan di dusun
Tabel :1 Kepemilikan tanah Adat di Kampung malaumkarta.
H. Keadaan Sosial Ekonomi
Masyarakat suku moi yang mendiami kampung Malaumkarta kehidupanya 85 % masih meramu diantaranya bercocok tanam berpindah-pindah, berkebung hanya sebagai refresing, nelayang masih tergantung alam dan meramu sagu sebagai bahan pokok lokal, berburu binatang hutang seperti rusa, babi, kanguru dll untuk di makan. Pendapatan masyarakat tidak menentu misalnya nelayan mencapai 50-70 ribu, dipasarkan ke Sorong dalam sehari mencari ikan, untuk di jual, petani menjual kelapa, seri, dll-20-50/hari.
Potensi ekonomi di kampung Malaumkarta sangat strategis untuk di kelolah, namun hingga sekarang petensi tersebut belum dapat di kelolah dengan baik oleh masyarakat kampung Malaumkarta. Potensi di kampung Malaumkarta contoh nya seperti; Hutan tersebut juga merupakan tempat tersimpannya kayu, rotan, dusun sagu, dusun kulit lawan, dusun damar, dusung kayu gaharu, DAS, tempat keramat/sakral, tempat kelengnaing, dan juga siklus kehidupan marga satwa. Di wilayah laut terdapat ikan, udang lofster, penyu, terumbu karang dan beberapa ekosistem bahari yang terdapat di dalam laut. Mata pencarian masyarakat Malaumkarta tidak menetap, mereka sangat tergantung pada alam dimana mereka berkebun menanam rica, jagung, ubi kayu, ubi jalar, lengkuas, pisang dan kebun sayur-sayuran yang ukurannya tidak terlalu besar, sedangkan tanaman jangka panjang seperti kelapa, coklat, mangga dll adalah tanaman jangka panjang yang menunggu hasil musim buah. Dari data Perkumpulan Generasi Malaumkarta menunjukan 90 % penduduk Malaumkarta bermata pencaharian sangat tidak tetap, ada yang bercocok tanam dan ada pula yang nelayan tradisional (masih menggunakan sampang untuk mencarai ikan dan hasil laut lain) dan untuk sampingan ada yang memilihara ternak seperti ayam kampung, anjing yang di gunakan sebagai alat pemburu binatang (babi, Rusa, kangguru untuk di makan dan juga sebagaian di jual). Bahan makanan atau konsumsi lokal Masyarakat Malaumkarta adalah sagu sebagai bahan pokoknya.
Tabel 2 : kelompok umur menurut mata pencaharian di kampung Malaumkarta
I.Potensi Kampung Malaumkarta
1) Potensi Pariwisata
Potensi Sumber Daya Alam dan daya tarik object pariwisata kampung malaumkarta kabupaten sorong cukup menjanjikan. Letak geografis kampung Malaumkarta yang cukup strategis menjanjikan sector pariwisata, misalnya pertukaran burung Camar dan Kelelawar di pulau Um sebagai symbol penjaga kehidupan terang dan gelap, Goa Kalabus yang dekat menyimpan harta bernilai ekonomi (sarang walet) milik marga Mobalen sebagai Pemilik Tanah Adat, Air terjun Klagowon yang cocok untuk permandian, enam persebaran terumbu karang yang cocok untuk snorkeling dan diving, tempat tontonan ikan duyung (dukong), Tugu Injil kristen Protestan (gospel memorial) masuk di Swatolo sebagai icon religi, rangka pesawat tempur jepang (war world II aircraft) dan juga kehidupan tradisional suku Moi (tarian, lagu, anyaman) dll.
2)Potensi perikanan
Potensi Perikanan di Kampung Malaumkarta cukup menjanjikan dengan adanya inisiatif masyarakat Kampung Malaumkarta mencanangkan konservasi tradisional dalam bahasa Moi di sebut “Yegek” atau biasa di kenal oleh masyarakat pesisir Indonesia timur dengan system Sasi. Dangan Sistem tradisional inilah masyarakat mampuh menjaga potensi alamnya sendiri misalnya masyarakat melakukan perlindungan terhadap : udang Lobster, Teripang, Penyu, Ikan Duyung (dugong), Lola, Ikan Mami dan bahkan mereka melakukan pengawasan terhadap pola tanggkap yang merusak ekosistem laut seperti melarang untuk mengunakan pukat/jaring, Potasium, Bom dan bahan kimia lain yang merusak.
Masyarakat kampung Malaumkarta memperbolehkan penangkapan ikan untuk konsumsi rumah tangga dan di jual dengan hanya cara yang sederhana dan ramah lingkungan misalanya menggunakan nelon pancing, menyelam dengan cara tradisional dan juga melobe (menggunakan petromaks pada malam hari).
3)Potensi Hutan dan Pertanian
Potensi hutan kampung Malaumkarta cukup luas misalnya ke arah selatan berbatasan dengan kampung Klayili mencapai 50 km dan ke arah utara kampung Kwadas mencapai 17 km dan ke arah timur berbatasan dengan kampung Asbaken 30 km. Luas hutan Kampung Malaumkarta ini kaya akan potensi hutan misalnya Kayu merbau, Dusun Sagu, Kayu Damar, tali rotan DAS, serta beberapa lokasi merupakan tempat bermain burung cendrawasih.
Seperti di jelaskan di atas bahwa masyarakat kampung Malaumkarta kehidupanya 85 % masih meramu diantaranya bercocok tanam berpindah-pindah, berkebung hanya sebagai refresing, nelayang masih tergantung alam dan meramu sagu sebagai bahan pokok lokal, berburu binatang hutang seperti rusa, babi, kanguru dll untuk di makan.
J.Sarana Prasarana
Secara fisik kampung Malaumkarta baru di bangun pada tahun 1991 paska pemindahan penduduk dari kampung yang lama akibat wilayah geografis kampung yang lama tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah penduduk per tahun. Akibat ini membuat masyarakat Kampung Malaumkarta terpaksa harus membuka lokasi perkampungan yang baru untuk pindah. Penataan lokasi pemukiman yang baru sejak membuat masyarakat kampung Malaumkarta harus bekerja dari angka nol, misalnya harus membangun SD darurat, tidak adanya puskesmas pembantu dan juga sarana umum lainnya. Namun hingga sekarang berepa fasilitas umum yang di bangun juga mengalami kerusakan karena bangunan yang sudah tua, serta konstruksi yang tidak layak.
Sarana penunjuang ke kampung Malaumkarta misalnya jalan raya sudah di bangun namun belum di aspal dan hingga sekarang menjadi kendala kerena di beberapa tempat ruas jalan Sorong Makbon dan ruas malawor sampai ke malaumkarta masih di temukan yang rusak dan hingga sekarang belum ada peningkatan dari pemerintah provinsi Papua Barat. Sementara jalan masuk ke kampung Malaumkarta dari ruas jalan utama ± 1.700 km belum juga di lakukan peningkatan oleh pemerintah kabupaten Sorong. Namun dengan kondisi demikian masyarakat harus memaksakan untuk tetap melewati jalur tersebut ke kota untuk menjual hasil mereka dan juga dalam seminggu banyak pengunjung yang datang berwisata dari kota Sorong ke kampung Malaumkarta.
Tabel 3 Sarana dan Prasarana
K.Agama dan Kepercayaan
Pada tahun 1947 tepat tanggal 14 Desember seorang Guru injil asal kampung Malaumkakarta, yakni : Berthus Kalami Klaglas (alm), dalam perjalanan dari Sorong menyusuri pantai utara melewati Kampung Saoka, kampung Batulubang dan Makbon menuju kampung Suatolo, Malaumkarta sekarang untuk melaksanakan misi pekabaran injil ke kampung Swatolo. Pada tahun 1960 an ada juga beberapa masyarakat suku Moi yang mendiami kampung Malaumkarta beragama islam misalnya marga Merin, Kapitanlaut, namun hingga sekarang mereka tidak ada lagi di kampung Malaumkarta. Dengan demikian mayoritas penduduk kampung Malaumkarta sekarang beragama Kristen Protestan. Sebelum masuknya agama Kristen di kampung Malaumkarta suku Moi telah meyakini adanya keslamatan dan adanya Yesus sebagai penyelamat dalam kepercayaan mereka sebagai suku MOI, hal ini terbukti di saat suku Moi melakukan ritual-ritual adat, mereka menyebut nama Allah, Yesus bahkan Rohol kudus dalam bahasa Moi, misalnya: Muhmele, Abalyuk, Funna, Glafoos, Naa Soo, Naa Igik dan juga sebutan-sebutan yang lain. Agama dan Kepercayaan Adat di suku Moi adalah suatu kepercayaan yang telah di pelajari dalam pendidikan adat atau yang disebut dengan “Kambik”, (pendidikan tradisional) hubungan dalam Kambik ini di yakini sangat kuat karena semua alumus Kambik mengatakan bertemu dengan Muhmele di alam ke-dua.
L.Rencana Strategis Pembangunan Kampung Malaumkarta
Pembangunan Kampung Malaumkarta telah di tetapkan dalam hasil MUSREMBANG dan juga di tetapkan dalam Sidang Gereja Jemaat GKI Silo Malaumkarta (RAKER JEMAAT), di sepakati secara bersama oleh berbagai komponen yang terdiri dari:
1) Pemerintah Kampung Beserta Aparatnya
2) Tokoh Agama (Majelis Jemaat)
3) Tokoh Pemuda
4) Tokoh Perempuan
5) Tokoh Adat
6) Masyarakat Kampung Malaumkarta
7) Pemuda dan Pelajar yang tergabung dalam organisasi Ikatan Kampung Malaumkarta
(IKM)
8) Kelompok mahasiswa asal Kampung Malaumkarta yang tergabung dalam Organisasi
Perkumpulan Generasi Malaumkarta (PGM).
9) Dunia Pendidikan (pihak Sekolah Dasar) dan
10)Pihak Kesehatan (Puskesmas Pembantu)
Rencana Strategi Pembangunan Kampung Malaumkarta di tetapkan dalam 2 (dua) bentuk yaitu rencana pembangunan secara Fisik maupun Non Fisik.
Rencana pembangunan Kampung Malaumkarta hasil Musrembang , 14 Maret 2011 antara lain:
1.Pelatihan Computer: Program Dasar Komputer untuk aparat Kampung, mejelis
Jemaat dan Pemuda: (suda di lakukan)
Word, Exsel dan Power Point
Keaungan (kas Kecil)
2. Pembuatan Site Plan Tata Ruang Kampung Malaumkarta
3. Membuat Monografi Kampung Malaumkarta
4. Pemetaan Potensi hasil Laut dan Persebaran terumbu Karang
5. Pemetaan Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu
6. Pembuatan PERKAM tentang Retribusi Pendapatan Asli Kampung
7. Pembangunan 25 Penginapan (Homestay), dan 2 Unit Aula Pertemuan
8. Pengadaan Boat Patroli Laut
9. Pembuatan Sarana Penunjang Wisata ( MCK dan Kolam Renang Air Tawar)
10. Pembuatan 2 rumah Adat Suku Moi (rumah Penyembuhan orang sakit dan nikah
Adat)
11. Pembuatan 1 unit Rumah di lengkapi dengan Fasilitas Internet (free hotspot)
12. Pengadaan Peralatan Diving
13. Pengadaan Peralatan Snorkeling
14. Pembangunan 1 unit aula sebagai sekolah/training Bahasa Moi bagi tamu
yang berkunjung ke Malaumkarta
15. Pembuatan Felem Dokumenter tentang potensi kampung Malaumkarta dan
Pariwisata.
16. Training/ Studi banding Sistem pengelolaan Wisata bagi masyarakat kampung
Malaumkarta ke Bali
17. Kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak di kampung Malaumkarta, sebagai
pemandu wisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar