MASYARAKAT ADAT DI ERAH REFORMASI
Oleh : Torianus Kalami
Latar Belakang.
Masyarakat adat di sekelilingi kita akhir-akhir ini tak mau tinggal diam. Dari waktu ke waktu selalu ada saja protes mereka kepada Negara (baca: Pemerintah).
Demonstrasi massa dan palang-memalang bagi mereka tak asing lagi. Mulai dari masalah tanah, Penerimanaan CPNS, Pembagian kursih Legislatif, pemekaran wilayah (yang menolak yang menerima) sampai pada masalah politik krusial lainnya, pokoknya semua yang berbau pelanggarang HAM, KKN dan diskriminasi selalu disoroti Masyarakat Adat. masalah yang atau belum tuntas muncul lagi masalah lainnya begitu dan seterusnya. Menghadapi kondisih ini, aparat negera yang merupakan sasaran protes tak mau berggemin, mereka selaluh berlindung dibalik alasan klasik; semua sudah sesuai prosedur atau semua warga Negara diperilakukan sama didepan hukum dan kebijakan publik. Di balik alasan klasik di atas , masih ada lagi dua asumsi yang muncul di masyarakat umum dalam melihat Masyarakat Adat di era reformasih dewasa ini.
ASUMSI PERTAMA, melihat bahwa Masyarakat Ada telah menggunakan’’organisasi adat ‘’untuk kepentingan politik. Menurut pandangan ini Masyarakat Adat dan organisasi nya hanya khusus berbicara dan mengurus hal –hal seperti tari-tarian, perkawinan adat, benda-benda budaya dan keramat serta cerita –cerita mitos. Atau Adat itu hanya berhubungan dengan masa lalu jadi orang-orang tualah yang lebih banyak tahu Adat, bilah merekah saudah meninggal tamatlah Adat itu. Asumsi ini juga menilai bahwa semua yang berbu Adat adalah kuno, primitive, gelap, kafir, iblis dan dianggap sebagai ajaran sesat.
AMSUMSI KE DUA: pandangan ini melihat Masyarakat Adat dan Adat nya sebagai issu sentral setelah dihadiri sebagai indeologi. Pandangan ini, melihat dan menilai Adat telah ada dalam berbagai dimensi kehidupan manusia seperti: sitem kepercayaan kepada Tuhan Yesus Sebagai Juru Slamat Manusia, pandangan hidup berbangsa, cita–cita hukum, kehidupan budaya, sosioal, politik, tata pemerintahan dan pertahanan keamanan. Intinya ,Adat mengisih seluruh ruang pembangunan karena Adat telah ada sejak dahulu kalah sebelum datangnya Agama Moderen dan negera buatan kaum colonial kapitalis.
Antara kedua asumsi di atas, asumsi pertama melihat Masyarakat Adat dan organisasilainya dalam arti sempit bahkan cenderung negatif. Asumsi ini muncul dari benak generasi instan yang telah di cuci otaknya (baca:diindotrinisasi) oleh idiologi bangsa-bangsa lain terutama dari benua eropa dan arab atau masuknya peradaban asing. Disini perlu dilakukan gerkan kembali ke Adat (back to Custom ) karena sadar atau tidak, Masyarakat Adat telah berada dalam suatu perjalanan panjang; perjalanan pengembaraan dalam rangka mencari indentitas diantara bangsa-bangsa lain. Apabila proses pencarian identitas dimaksud dilakukan sebagai upaya memperkuat identitas asli maka perjalanan itu adalah suatu pengembaraan yang penu ketidak pastian (kutukan ). Kata orang tahu Adat berarti beradab (berkat), tidak tahu Adat berarti biadab (kutukan ), bangsa yang tahu Adat berarti bangsa yang beradab (diberkati) demikian pula sebaliknya, bangsa yang tidak tahu Adat berti bangsa biadab (dikutuk) #Maladum 26 jan 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar