Selamat datang pada Blog Media Gema Kampung Malaumkarta. Terimakasih atas kunjungan anda !

Minggu, 06 Juni 2010

MONOGRAFI KAMPUNG MALAUMKARTA

I. Gambaran Umum :
Kampung Malaumkarta merupakan salah satu dari (delapan) kampung yang terdapat di distrik Makbon kabupaten Sorong Papau. Secara definitive kampung malaumkarta di SK kan sebagai pemerintah kampung yang otonom (mandiri) pada tanggal 20 Desember 1991, dengan kepala Kampung pertama di jabat Oleh Metusala Kalami, Sekkretaris kampung Otofianus Mobalen kemudian pada dengan masa jabatan dari 1991-2003 setelah itu dig anti lagi pemilihan kepala kampung yang baru Bpk Oktofianus Mobalen 2003 hingga sekarang. Sebelunya kampung malaumkarta merupakan bagian dari kampung Makbon atau di sebut dengan istilah waktu itu dusun.
Batas-batas kampung malaumkarta adalah sebagai berikut :
1. Sebelah selatan berbatasan dengan kampung klayili dan sayosa, (60 km)
2. Ssebelah timur berbatasan dengan kampung Asbaken, (16 km)
3. Sebelah barat berbatasan dengan kampung kawadas-makbon dan (9 km)
4. Di sebelah utara berbatsan dengan laut pasifik atau (1,15 mil dari bibir pantai).

Dari pusat kota Sorong ke kampung malaumarta berjarak ± 48 km, 1-2 jam perjalanan dengan mengunakan angkot sorong-malaumkarta, biaya transportnya Rp. 20.000/orang
Topografi wilayah kampung malaumkarta berfariasi terdiri dari gunung dan lembah serta lereng–lereng gunung panjang yang menjurus dari arah timur dan juga laut melingkar berbentuk tanjung dan terdapat pulau Um yang berjarak sekitar ± 0,75 mil dari pantai, pulau Um berdiameter 100 serta di huni oleh satwa pulau seperti kelelawar, maleo, camar, bangau dan beberapa burung– unggas lain yang juga barada di pulau tersebut.
Wilayah gunung dan lembah idamannya kampung malaumkarta merupakan pusat logistik suku moi yang hidupnya tidak terlepas dari ketergantungannya terhadap alam dan hutan. Hutan tersebut juga merupakan tempat tersimpannya kayu, rotan, dusun sagu, dusun kulit lawan, dusun damar, dusung kayu gaharu, DAS, tempat keramat/sakral, tempat bermain burung cendrawasih, dan juga siklus kehidupan marga satwa lainya. Di wilayah laut terdapat ikan, udang lofster, penyu, terumbu karang dan beberapa ekosistem bahari yang tersebar di dalam laut.
Kampung malaumkarta berada di tepi pantai, terdiri dari tiga suku kata yaitu mala yang artinya gunung dan um yang artinya pulau, dan karta yang diambil dari kata terakhir jakarta. Kampung malaumkarta diperkirakan berada dalam ketinggian rendah dari permukaan air antara laut 10 m dengan sturktur tanah berfariasi sepeti sepanjang pantai strukturnya pasir, lempung lanau beragregat halus serta tersusun dengan batuan dasar metamorf dari arah kampung ke sebelah timur, sedangkan bagian pegunngan juga berfariasi struktur tanahnya seperti lempung dengan batuan dasarnya batuan beku.


II. Penduduk dan Pola Pemukiman.
Penduduk kampung malaumkarta berjumlah 520 jiwa (104 kk ) terdiri dari laki-laki 220 orang dan perempuan 224 orang (data penduduk maret 2010). Pada umumnya pemukiman penduduk kampung malaumkarta 25 % semi parmanen, beratap senk, laintai smen berdinding papan. Pola pemukiman masyarakat seluruhnya adalah pembangunan dari pemerintah kabupaten Sorong.

III. Sisitem Kekerabatan dan Gotong Royong.
Struktur tradisional suku moi seperti: hubungan mgelek, msang, mamtolok dll menjadi suatu sitem yang kuat dalam kekerabatan suku moi sekaligs sebagai pengatur hubungan-hubungan perkawinan, sadara dalam tata marga-marga, sistem kekerabatan di atas mengatur hubungan klen satu dengan klen yang lain.
Pola hubungan kekeluargagaan mereka berdasarkan hubungan asal usul dari setiap klen terhadap klen atau marga yang lain. Pola hubungan tersebut masi kuat hingga saat ini, walaupun ada beberapa pergeseran budaya yang terjadi namun upaya-upaya mempertahankan kekerabatan tersebut terus di dorong oleh beberapa organisasi-organisasi seperti Dewan Adat, Bengkel Budaya, ForGM2 (Forum Generasi Muda Kampung Malaumkarta) dll. Hubungan-hubungan ini berlaku di seluruh suku moi yang memiliki adat istiadatnya sama seperti pengaturan sistem adat yang di pelajari dalam sekolah adat suku moi (kambik).


IV. Peranan Kekuasaan Adat.
Dalam sistem adat suku moi menganut kekuasaan laki-laki (patrinial), semua kekuasaan dan warisan harta seperti tanah dan peninggalan-peningalan lain sesunguhnya adalah hak kaum laki-laki, sedangkan permpuan hanya mempunyai hak makan, hak miliknya menjadi hak mengikut suami bagi perempuan yang suda menikah. Sisitem kepemimpinan suku moi menganut kepemimpinan kekuasaan (turun temurun), dan juga ada kepemimpinan tradisinal yang sangat kuat diakui sperti kepemimpinan kekerabatan dalam satu kelompok seperti kepemimpinn di tinggkat mgelek, msang, mamtolok tetipi juga kekuasan seperti kelopok kepemimpinan dalam marga besar Ulim (sapisa, salamala Do, magablo dll) trus Bisi (kalami, dll).

Kepemimpinan suku Moi ini juga sudah terkikis akibat berbagai hal seperti waktu, pelaku, dan keberadaan dunia baru yang masuk di daerah terisolir pada wilayah suku moi namun demikian kekuatan dari nilai kepemimpinan tersebut masih sangat kuat untuk kegiatan-kegatan yang keamanan, ekonomi, kesejahteraan, dan keadilan. Kepemimpinn adat masih ada hubungan dengan pandangan orang moi terhadap agama dan Alam (kosmoligi) dimana suku moi melihat hutan adalah hidup dan napasnya yang di berikan secara turun temurun, walaupun seluruh masyarakat menganut kepecayan agama Kristen.
Pergeseran kekuasan adat dapat di lihat secra nyata contonya kasus kriminal hampir sekitar 70 % masyarakat mengadu ke polisi sebagai penegak keamanan alternatif terbaik, padahal kemampuan lokal sendiri masih ada dalam struktur kepemimpinannya.
Selain itu kepemimpinan kepala kampung sebagai wakil pemerintah di tingkat kampung paling bawah dengan tugas dan tanggung jawab yang di percayakan tidak secara langsung menjadi dampak terhadap kepemimpinan lokal. Sebagai contoh apabila ada program pemerintah lebih layaknya harus mendengar arahan watak klas masyarakat dalam menerima pembangunan seperti apa yang di tawarkan. Kadangkala pemerintah tidak terlalu banyak mendengan kepala-kepala kampung dalam menjalankan pembangunan tapi, kepala kampung mempunyai andil yang kaut dalam menentukan pembangunan yang ada, sehingga tidak dapat menimbulakn konflik kepemimpinan antara pemerintah kampung dan adat.

V. Adat Istiadat.
Agama Adat suku moi, telah hilang sejak pekabaran injil di tanah papua 5 februari 1885 di mansinam. Pandangan suku moi terhadap nilai dan norma adat sangat tinggi ketimbang melakukan pelanggaran Agama moderen atau pelanggran kriminal formal, dari assement yang di lakukan oleh Perkumpulan Generasi Malaumkarta 2004-2006 menunjukan bahwa suku moi sendiri mulai melakukan pelanggaran terhadap tatanan sosial budaya mencapai 75 % ketimbang yang di lakukan oleh orang luar mencapai 25 %.
Injil masuk di tanah malamoi dan injil masuk di malaumkarta 14 desember 1947 secara perlahan bersama program pembagunan negara telah melakukan intimidsi terhadap budaya lokal. Intimidasi yang di lakukan lewat berbagai cara, langsung bahkan tidak langsung.
Sistem kepeccayaan suku moi yang tinggal di kampung malaumkarta tidak berbeda dengan beberapa daerah yang lain, dari penduduknya mayoritas 99 % suku moi, diantaranya sekitar 75 % beragama kristen dan 25 % beragama islam dll. Suku Moi mulai percaya terhadap Allah sejak peradaban suku di kapalaburung Papua yang di tunjuk dengan proses sekolah sekolah adat (kabik).

VI. Hak Adat Atas Tanah
Secara umum pandanngan setiap suku-suku di Papua terhadap hak atas tanahnya berbeda-beda, namun tujuannya hampir mirip yaitu sebagai sumber ekonomi untuk mepertahankan hidup contohnya ada suku-suku yang memandang tanah adalah ibu, ada pula yang memandang tanah logistik alam yang disiapkan Tuhan dalam pencipaaan setelah 6 enam hari lamanya Tuhan menciptakan segalah bumi dan isinya. Kampung malaumkarta 99 % adalah suku moi yang tentunya memandang hak atas tanahnya sama dengan suku-suku lain di Papua. Suku moi memandang tanah sebagai hidup dengan demikian apabila orang lain melakukan pelanggaran di atas tanah mereka dengan tidak segan mereka menindak bahkan membunuhnya, karena mereka mengaangap orang lain mengancam hidupnya.
Sedangngkan hak adat atas tanah adalah hak yang di peroleh secara turun temurun (hak milik) dari perjalanan peradaban suku Moi dalam catatan perjalanan peradaban suku moi (maladofok suwongkak). Wilayah kampung Malaumkata terdiri dari 14 marga (kerek) semuanya secara turun temurun dan diatur dalam hukum Adat suku Moi mempunyai tanah Adat yang berstatus hak milik, anatara lain:

Tabel : 1 kepemilikan tanah Adat di Kampung malaumkarta.

No Nama Marga Letak tanah Luas Ha Ket
1 Mobalen Tanjung lipla lokasi kampung Hak milik
2 Kalami Kining Pilik Bts asbkn dng mkrta Hak milik
3 Kalami Malagufuk Blkg gunung Hak milik
4 Kalami Klagalas Blkg gunung Hak milik
5 Kalami Malatilkek Kampung mkt lama Hak milik
6 Kalami Tiloke Balakg gunung Hak milik
7 Magablo Klasou Berbatasan deng kam. Klayili Hak milik
8 Magablo Gauk Gauk plaum Hak milik
9 Magablo Lingswok Dekat kampung lama Hak milik
10 Malasamuk Jalan naik kam lama Hak milik
11 Sapisa Klamibi sampai blkh gunung Hak milik
12 Ulimpa Klasou Hak milik
13 Su Klalouwk Hak milik
14 Mobalen Gauk Dekat mibi/klabek Hak milik
Sumber : Assemnet ForGM2 2007

Sistem kepemilikan Hak Tanah

VII. Alih Kepemilikan dan Pola Penggunaan Tanah Adat.
Alih kepemilikan Tanah di Kampung Malaumkarta hanya terjadi untuk pembangunan-pembangunan umum seperti Sekolah, Polindes, Gereja, Tugu Injil dan jalan raya, pemilik memberikan tanah secara sukarelah melalui suatu proses upacara Adat yang menandai penyerahan Tanah secara sah. Babarapa temapat di wilayah suku moi tanah manjadi bahan komuditi jaul beli contoh kongkrit tanah tanah yang berada di pusat perkutaan sorong yang adalah tanah adat suku moi. Di kampung malaumkarta belum ada tanah yang di perjual belikan untuk kepantinngan uang, semua tanah adat dari 14 (empat belas) marga tersebut di atas masih menjadi tanah adat yang utuh.


VIII. Keadaan Sosial Ekonomi.
Masyarakat suku moi yang mendiami kampung malaumkarta kehidupanya masih meramu diantaranya bercocok tanam berpindah-pindah, berkebung hanya sebagai refresing, nelayang masih tergantung alam dan meramu sagu sebagai bahan pokok lokal masih maeramu, berburu binatang hutang seperti rusa, babi, kanguru dll untuk di makan. Pendapatan masyarakat tidak menentu misalnya nelayan mencapai 50-70 ribu, dipasarkan ke sorong dalam sehari mencari ikan, untuk di jaul, petani menjual kelapa, seri, dll-20-50/hari.
Potensi ekonomi di kampung malaumkarta sangat strategis untuk di kelolah, namun hingga sekarang petensi tersebut belum dapat di kelolah dengan baik oleh masyarakat kampung malaumkarta. Potensi di kapampung malaumkarta contonhnya seperti; Hutan tersebut juga merupakan tempat tersimpannya kayu, rotan, dusun sagu, dusun kulit lawan, dusun damar, dusung kayu gaharu, DAS, tempat keramat/sakral, tempat cendrawasih, dan juga siklus kehidupan marga satwa. Di wilayah laut terdapat ikan, udang lofster, penyu, terumbu karang dan beberapa ekosistem bahari yang terdapat di dalam laut. Mata pencarian masyarakat malaumkarta tidak menetab, mereka sangat tergantung pada alam dimana mereka berkebung menanam rica, jagung, ubi kayu, ubi jalar, lengkuas, pisang dan kebung sayur-sayuran yang ukurannya tidak terlalu besar, sedangkan tanaman jangka panjang seperti kelapa, coklat, mangga dll adalah tanaman jangka panjang yang menunggu hasil musim buah. Dari data assesmen lapangan di kampung malaumkarta oleh Forum Generasi Muda Malaumkarta menunjukan 90 % penduduk malaumkarta bermata pencharian sangat tidak tetap, ada yang bercocok tanam dan ada pula yang nelayan tradisional (masih menggunakan sampang untuk mencarai ikan dan hasil laut lain) dan untuk sampingan ada yang memilihara ternak seperti ayam kampung, sapi 20 ekor, anjing yang di gunakan sebagai alat pemburu binatang (babi, Rusa untuk di makan dan juga sebagaian di konsumsikan).
Bahan makanan atau konsumsi lokal masyarakat malaumkarta adalah sagu sebagai bahan poknya, yang di cari pada saat tertentu, misalnya mereka harus belakang gunung di mana tempat dusun dari setiap 14 marga tersebut, tetapi juga mere harus berjalan kaki menuju dusun di teluk dore, sebagai dusun terbesar di distrik makbon, yang di ramu oleh beberapa kampung, diantaranya Makbon, Malaumkarta, Asbaken, Kwadas, Baingkete, Malawor dan Batulubang Pantai.

POTENSI ANDALAN.
Sumber Potensi ekonomi Masyarakat
I. Kebun: (komuditi)
a. Jangka Pendek:
Pisang, Ubi kayu, Ubi jalar, Kajang, Jangung, Sirih,Rica, Sayur-sayuran, Kunyit, Lengkuas,Nenas,Pepaya,buah merah, sanrang semut dll
Bauh-buahan tropis : kelepa, pisang, papaya, nanas, rambutan, jambu air,jambu biji, jeruk, salak nangka dll.

b. Jangka panjang (komuditi)
Kelapa,Rambutan,Coklat,Mangga,Jambu,Jeruk,Lansat,Cempedat, Sukung dll.


II. Laut/Nelayan:
Ikan, Udang, Teripang, Lola, Pia-pia,Penyu

III. Potensi Hutan
Hasil hutan mkarta anatara lain: Kayu merbau, miks,kulit masoi, Anggrek, Rotan, Dusun sagu, Kayu gaharu/eleo, Damar putih, Kayu lawan, kayu kemandangan dll.

Tempat- tempat keramat di malaumkarta
No Nama Tempat Keramat Luas Ha Tanah Milik Ket
1 Masilih - Kalami malasilih Darat
2 Kalufun - Mobalen Darat
3 Kalamuntuk - Malasamuk Darat
4 Kamana - Sapisa Darat
5 Masagang mefek - Do dan sapisa Darat
6 Safur (Kofpalla) - Mobalen di laut

Flora dan Fauna:
Jenis Flora dan Fauna di Malaumkarta dan Dereh Persebaran.

No Nama Flora dan Fauna DaerahPersebaran
1 Cendrawasih (paradise Spora) Warsamson
2 Kanguru Pohon Wallaby(macropus) Hutan
3 Kanguru Tanah Hutan lembah
4 Tupai berkantong (Patamus) Mibi
5 Kuskus (Phalager) Hutan
6 Mambruk Hutan
7 Kasuari Hutan
8 Kupu-kupu Klamuntuk,dll
9 Kelelawar Pulau Um, gua
10 Camar Pulau Um
11 Maleo Pulau Um
12 Burung Matamerah Pulau Um
13 Bangau Putih Pulau Um
14 Siriti Gua Kalabus
15 Kakatua putih Hutan
16 Kakatua makan ketapang Gauk, gele, linswok, linggbaimus Baca selengkapnya..

Sabtu, 05 Juni 2010

Nabi Yunus Waktu Lari Ke Tarsis

Cerita Nabi Yunus
Sasini Nabi Yunus
Oleh:Tory- Dessy
Diterjemahkan dalam Bhasa Moi

Ini waktu Nabi Yunus mau ke Tarsis, lari dari Tuhan.
Kouph Petli Nabi Yunus Wok Wusu Tarsis, Wudun Wamketek Funa
-----mulai-----

Nabi Yunus pikir Tarsis jauh sekali jadi tidak mungkin Tuhan bisa dapat dia di sana. Tapi Tuhan tahu semut dan serangga kecil sekalipun di muka bumi ini. Jadi tentu saja Tuhan tahu ke mana Yunus mau pergi.
Nabi Yunus Wkak we ya Tasis pau beis mlo pakafu Funa wsan da wauw yanggi. Pno kanak en Funa week, kodok kiem ka pakafu, papus kiem pau mlawen podor kouph. Du ya Funa wek pusu swanwa Yunus wamu.

Begitu kapal berangkat, Yunus tidur di dek bawah kapal. Tapi Tuhan tidak biarkan Yunus begitu saja.
Petli ma kama book anouph pamuse, Yunus Wauw way a kmabok pa, mangkaisya Funa Wamketinek Yunus wno khayen.

Tidak lama setelah kapal lepas dari pantai, Tuhan mendatangkan badai besar di laut. Pelaut-pelaut di kapal itu belum pernah melihat badai sebesar itu. Mereka ketakutan!! Mereka semua pikir kapal mau terbelah dua karena ombak besar menghantam kapal.
Patik dau petli kmabok pamketnek baing pasa, Funa Wsik mo dwer kampele pau tasik.
Ne yolm tasik you tol dauwya modwer awughmpelpnuyen. Ne yabawolo dadi!! Yunwai dadi kmabok plagak pau ali pausya dauk kampele aphkolok kamabok.

Orang-orang mulai membuang barang-barang yg mereka tidak perlu ke dalam laut supaya kapal tidak tenggelam. Tapi ada satu barang yang seharusnya mereka buang. Dia sedang tidur di dek bawah: Yunus!
Neyeindadi ygatu kam yisik en nusu tasik podor, sok kmabok pmudu dau. Mangkaisiya kam mele ygatu busuk. Wauw tinak waya kmabook pa algie: Yunus!
Kapten kapal turun ke bawah dan kasih bangun Yunus. "Yunus, bangun!!" Kata kapten kapal. "Kita mau tenggelam, bangun dan berdoa ke Tuhanmu juga.
Kapten Kmabok wlu wein lan wusyali wuwulu Yunus. “Yunus Nbili!! Kapten Kmabook Wfai.” Pabwok pabmuduyo, nbili nuswogumuk pusu neFuna waphi.

Di dek atas, semua orang sedang berjuang melawan angin dan ombak besar. Mereka bertanya satu sama lain: "mengapa dewa-dewa sangat marah sama kita?". "Mari kita membuang undi, supaya kita tahu ini salah siapa". Yunus punya nama yang keluar. Dia bilang: "ini saya punya salah. Nama saya Yunus. Saya seorang Yahudi. Saya menyembah Allah yg disembah Abraham. Allah yg menciptakan bumi dan segala isinya".
Pau kmabok psa, neyein dadi yegha modwer pakafu dauk kampele, yunwai philik kulyouw pakafu kulyei:” pemna kbanggla nwek pabh?”. Nanimi pabghalak soo, duya pabhwek sel pausyakwa”. Yunus wgidi pulsle. Wmana: “auwselma tikmo. Tgede ma Yunus. Timk ne wein Yahudi. Timk twak Na awaiya Abraham wak busuk ouw. Na aufagalis malawen podor kouph pakafu ma kamkul yanan.

Orang-orang bertanya: "apa yang ko sudah buat sampe Tuhanmu marah begini?" Yunus jawab: "saya lari dari perintah Tuhan". Lalu Yunus menceritakan kisahnya.
Neyeindadi yunkwai: “ kmak kululya nfagalis mahnin neFuna wephek pnogipha?”
Yunus Wmana:” Tudun tamketinek Funa wouw timk”. Msaya Yunus wsasini ligin polo.

Orang-orang bertanya lagi: "terus sekarang apa yang harus kita buat supaya selamat?". Yunus bilang: "kalian harus buang saya ke laut supaya kalian selamat". Orang-orang itu tidak mau buang dia. Mereka pikir, kalo mereka penggayu sekuat tenaga, mereka akan tiba di darat dengan selamat. Tapi badai semakin kencang. Akhirnya mereka berdoa: "Tuhan ampuni kami harus lakukan ini" lalu mereka angkat dan buang Yunus ke laut.
Neyeindadi yunkwai suk:” pnudune kmakulyapha pabhfagalis so pabhsan bok iwa?.
Yunus wmana:” nangatu tusus tasik pdor so nansan book”. Ne yei ygatu bagu suk. Nunkwai ymana yelse, duya yfolos yik le, ysan book. Mankaisya modewer pwele suk. Masaya yuswogumuksuk: Funa nolnti mam nwekdauw mamfagalis kamkouw” msaya yibis Yunus ygatu wusu tasik.


Tiba-tiba angin berhenti dan laut menjadi sangat teduh. Orang-orang di kapal itu bersyukur dan percaya kepada Tuhan.
Patik dau modewer psouw pakafu dauk psouw busuuk. Neyoln kamabok psa, ymana boo pakafu ywak pusu Funa.
-----selesai-----
------peins--------


Oke itu cerita tentang Nabi Yunus lari ke Tarsis

Sinagi Pau Funa
Kasih dalam Tuhan Baca selengkapnya..