Kambik, sebuah nama yang kini jarang diucapkan lagi. Banyak anak-anak muda suku Moi (suku pemilik tanah adat di Sorong) kini tidak tahu lagi apa itu Kambik. Hanya orang-orang tua yang masih bisa bercerita tentang Kambik, namun mereka jumlahnya tidak banyak lagi. Akankah Kambik akan segera dilupakan?
Orang Moi percaya bahwa segala apa yang ada sekarang, misalnya obat-obatan, merekayasa hujan, menyembuhkan orang sakit, membuat perahu, sampai menghilangkan diri dan menghilangkan orang lain, telah ada dan sudah dibuat oleh masyarakat suku Moi sejak dulu. Mereka mengajarkan secara turun temurun semua keahlian di atas dalam sekolah adat bernama Kambik. Masa pendidikan di Kambik bermacam-macam, menurut jenis ilmu yang dipelajari, mulai dari 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12, 16, dan 24 bulan. Pendidikan adat ini dilakukan di rumah adat, bersifat tertutup dan rahasia, dan hanya boleh diikuti oleh nedla (laki-laki). Perempuan (nelagi) tidak diperbolehkan ikut karena dikawatirkan kelak jika perempuan menikah, ia akan menceritakan tentang rahasia Kambik kepada suami atau orang luar lainnya. Orang Moi percaya bahwa Nedla benar-benar menjadi laki-laki apabila telah mengikuti sekolah adat Kambik, karena dalam Kambik semua kekuatan Moi akan diturunkan oleh para guru adat. Setiap Nedla yang tidak mengikuti pendidikan maka dalam adat-istiadat ia disebut sebagai “masih perempuan atau masih telanjang”. Biarpun seseorang pintar tapi jika belum melewati sekolah adat ini maka ia disebut masih bodoh atau telanjang atau disebut sebagai perempuan.
Dalam masa pendidikan di Kambik, banyak rahasia adat yang diajarkan di sana. Mereka menyebut rahasia adat dan tempat keramat itu sebagai “hal-hal yang tidak boleh diketahui perempuan”. Dalam masyarakat Moi, lulusan pendidikan adat ini menempati posisi terhormat. Dalam suku Moi masyarakatnya dibagi dalam 4 tingkatan, yang telah ada sejak jaman dulu kala, yaitu:
1. Tokoh-tokoh adat, yang terdiri dari para Nedla meliputi; neliging (orang yang berbahasa baik), nefulus (orang sejarah), ne kook (orang kaya), nefoos (orang suci). Serta pejabat-pejabat adat: usmas, tukang, finise (pimpinan pelaksana rumah adat, terdiri dari marga ulimpa, sapisa, dan do), tulukma, untlan (guru yang mengajar di kambik), dan kmaben. Kelompok tokoh adat ini yang berhak mendapatkan pangkat sebagai kepala suku dan panglima perang yang berwenang melakukan sidang-sidang dan acara adat.
2. Lulusan Pendidikan Adat (Wiliwi), adalah kelompok dalam adat yang terdiri dari laki-laki yang telah mengikuti pendidikan adat di Kambik dan telah disyahkan secara adat. Kelompok ini dibina untuk menjadi pemimpin seperti kelompok pertama, karena itu di Kambik mereka diajar tentang kepemimpinan dan berbagai adat-istiadat suku Moi secara lengkap.
3. Kelompok laki-laki (nedla) yang digolongkan sebagai nelagi (perempuan), kelompok ini terdiri dari anak laki-laki, pemuda, dan laki-laki dewasa yang belum pernah mengikuti pendidikan adat di Kambik, sehingga dalam adat Moi dikategorikan sebagai Nelagi
4. Kelompok Nelagi murni, adalah kelompok para perempuan Moi, kelompok ini juga memiliki pemimpin dan tokoh, sebab mereka juga mengetahui fulus (ilmu-ilmu yang dapat dikuasai perempuan). Perempuan juga memiliki tugas dalam acara adat.
Suku Moi percaya bahwa mereka telah menemukan banyak hal yang telah dipakai dunia baru sekarang ini dan mereka tidak merasa kaget dengan perkembangan yang ada. dalam rumah adat inilah segala hal yang menyangkut adat suku Moi diatur seperti: perkawinan, pembagian harta, perempuan, hak ulayat tanah, pembayaran bagi yang meninggal, pendidikan, bercocok tanam, pengobatan, marga-marga, dan daerah-daerah keramat. Rumah adat, dulu dibangun di wilayah Tamrau. Setelah masa 70-an Kambik tidak diselenggarakan lagi. Saat ini hanya tinggal para lulusan Kambik yang masih tersisa yang di kampung dan diangkat sebagai tokoh adat yang dihormati serta ditakuti karena memiliki kepandaian lebih daripada yang lain.
Akankah Kambik muncul kembali? Jika kelak diadakan lagi, mungkinkah perempuan yang juga berperan penting dalam masyarakat Moi boleh ikut serta dalam pendidikan adat tersebut? Semoga saja...
Baca selengkapnya..